Etiket Berkendara dan "Teror" Roda Dua

No Comments
Bandung, KompasOtomotif — Biker yang tak punya etiket berkendara di jalan seolah tak pernah menyusut. Pelanggaran rambu lalu lintas, sikap arogan, tidak menghormati pemakai jalan lain, dan yang paling parah mengabaikan pejalan kaki dengan tidak pedulizebra cross atau naik ke trotoar, semakin hari semakin dianggap wajar karena dilakukan ”berjemaah”.

PT Astra Honda Motor (AHM) sebagai produsen sepeda motor juga mengalami kegelisahan yang sama. Itulah mengapa, dalam Astra Honda-Safety Riding Instructor Competition (AH-SRIC) yang digelar setiap tahun, semua peserta diberi materi soal etiket. Perbandingannya memang lebih kecil ketimbang materi soal skill berkendara, tetapi hal ini tetap dianggap perlu.

GM Marketing Planning and Analysis AHM, Agustinus Indraputra, mengatakan bahwa AHM sudah pasti menjejalkan materi soal etiket, tetapi fokusnya tetap pada skill safety riding. ”Para instruktur yang sudah kami bekali, pasti akan menyampaikan materi soal etika. Tapi kembali lagi, orangnya mau berubah atau tidak. Masalah etika tidak habis-habis dan kami tidak boleh putus asa untuk terus memberi pengarahan,” jelasnya dalam babak final AH-SRIC di Bandung, Selasa (10/6/2014).

Ditambahkan, etiket berkendara tak bisa hanya selalu diiingatkan oleh AHM atau produsen sepeda motor lain. Stakeholder masalah ini cukup banyak, termasuk kepolisian. ”Harusnya kepolisian punya roh untuk ini. Kami terpaksa memilah, dalam AH-SRIC lebih banyak materi soalskill. Bukan kami menolak, tapi kembali lagi, ini tanggung jawab bersama,” imbuhnya.

KomunitasSoal perilaku biker, terutama komunitas sepeda motor yang sok mau minta jalan, AHM menyatakan bahwa persoalan ini juga menjadi bagian dari tanggung jawab perusahaan. Istiyani Susriyati, GM Honda Customer Care Centre AHM, mengatakan bahwa etiket di jalan tidak hanya dibentuk saat dewasa, tetapi sebaiknya dibentuk sejak kecil.

”Misalnya, dari kecil ketika belajar bersepeda sudah diajari. Kalau sudah dewasa, susah kecuali mereka trauma. Mari kita mulai dari diri kita sendiri. Soal komunitas, kami tidak lelah-lelahnya mengingatkan mereka untuk menghormati sesama pengguna jalan, dan itu tidak semudah membalik telapak tangan,” beber Isti.

Dalam AH-SRIC sendiri, materi soal etiket diberikan sebanyak 40 persen, sisanya soal keterampilan. AHM juga terus menyosialisasikan simulator safety riding yang bisa dicoba masyarakat. Dalam simulator ini, diajarkan juga agar pengguna jalan selalu berhati-hati dan memprediksi apa yang akan terjadi di jalan, termasuk menghormati pengguna jalan lain
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar

Posting Komentar