Kota Terakhir Avanzanation Journey dari Timur Nusantara

No Comments
Yogyakarta, KompasOtomotif – Ekspedisi Avanzanation Journey Wilayah Timur, dari kota paling Timur Tanah Air, Merauke, menuju Jakarta, hampir menyentuh garis finish. Usai menikmati ragam keindahan dan budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, lewat salah satu saksi kejayaan Nusantara, Candi Borobudur, kini roda-roda Avanza yang membawa seluruh tim mulai memasuki kota terakhir, Bandung.
Ibu Kota Jawa Barat itu hanya berjarak sekitar 140 km dari Jakarta. Namun sebelum menuntaskan seluruh penjelajahan, rombongan memutuskan menghabiskan hari sambil singgah ke lokasi ikonis kota berpenduduk terbanyak ketiga di Indonesia itu, yakni Gedung Sate dan Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat.

Kelebihan Avanza sebagai MPV terlaris di Indonesia tidak hanya terbukti untuk tipe perjalanan luar tapi juga dalam kota. Dengan radius putar 4,7 meter, gerak bodi lebih praktis buat kondisi jalan yang terbatas, pas buat keadaan jalan-jalan di Bandung. Di sini kebanyakan jalan satu arah dan berkelok sempit, dipadati banyak mobil dan sepeda motor di semua sisi, di jam sibuk, kemacetan bukan hal yang aneh lagi. Satu hal lagi, dengan kemampuan itu parkir di ruang kecil tidak masalah.
Menjelang tengah hari, rombongan sampai di Gedung Sate. Namanya unik, diambil dari ciri khas ornamen tusuk sate pada menara sentral. Didirikan sejak 27 Juli 1920, peletakan batu pertama dilakukan oleh Johanna Catherina Coops, puteri sulung Walikota Bandung B. Coops dan Petronella Roelofsen.
Arsitektur merupakan karya Ir. J.Gerber dan mendapat banyak masukan dari maestro arsitek Belanda, Dr.Hendrik Petrus Berlage, yang memberikan sentuhan tradisional Nusantara. Setelah jadi hasil rekayasa disebut ini disebut penggabungan budaya Indonesia dan Eropa, Indo Europeeschen architectuur stijl.
Lokasi kedua yang dikunjungi, Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat. Terbentang lurus 1,1 km di sebelah utara Gedung Sate, jika terus berjalan maka berakhir di Gunung Tangkuban Perahu.
Bangunan ini dibuat sebagai pengabdian nilai-nilai kebudayaan dan sebagai sarana perwaris perjuangan rakyat Jawa Barat kepada generasi penerus. Desain dikerjakan arsitek Bandung, Slamet Wirasonjaya dan perupa Sunaryo. Berdiri di atas lahan 72.040 m2, pembangunannya dimulai 1991 dan berakhir pada 1995.
Terdapat relief-relief mengenai perjuangan melawan penjajah. Di bagian dalam, kedua besi pintu yang selalu tertutup menuju ruangan bawah terdapat perpustakaan, diorama, dan auditorium. Relief sejarah tersebut menjadi pemandangan indah sebelum rombongan melanjutkan perjalanan menuju Jakarta.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar

Posting Komentar